Wednesday, October 14, 2009

Nggak Belajar Pretes

Pretes belajar apa? Topik tersebut sangat hangat dibicarakan di plurk kemarin malam. Hampir semua plurker PD 2006 memasang status yang berhubungan dengan pretes koma. Modul koma ini memang merupakan modul yang paling laris manis. Untuk mendapatkan 50 kursi yang tersedia di modul ini, puluhan orang rela bermalam dan begadang di kampus. Bahkan ada beberapa orang yang harus main petak umpet dengan satpam di gedung Radio Putro.

Hari ini merupakan hari pertama masuk kuliah bagi teman-teman yang mengambil modul koma. Satu hal yang membuat heboh adalah hari pertama masuk ini langsung disuguhi pretes. Berhubung tidak ada buku panduan blok, hampir semua orang bingung harus belajar darimana untuk mempersiapkan pretes. Hasilnya adalah status pretes bertebaran dan serunya belajar mungkin sudah terlupakan karena keasyikan koalisi di plurk. Selain itu, malam itu juga lebih dipenuhi dengan ajang membangun koalisi untuk menghadapi pretes.

Ruang kuliah sudah penuh sejak sebelum jam 8 pagi. Detik-detik menunggu seperti apakah rasanya menikmati serunya belajar modul koma yang harus didapatkan dengan penuh perjuangan ini. Seperempat jam berlalu begitu saja. Tiba-tiba datanglah seorang dosen membawa setumpuk kertas. Pretes dimulai dan koalisi pun berjalan dengan sukses.

Waktu pun menunjukkan pukul 08.30. Semua bersiap untuk mendengarkan kuliah pendahuluan. Namun, hingga jarum panjang berputar 180 derajat, belum ada dosen yang mengisi hampanya layar terkembang tersebut. Dugaan akan kosongnya kuliah pendahuluan pun menjadi kenyataan. Kekecewaan yang terbungkus rapi di dalam rasa bahagia ini akhirnya terobati saat kuliah tentang dasar-dasar koma dimulai. Rasa bahagia yang membungkus rapi rasa kecewa tersebut muncul kembali saat mengetahui bahwa kuliah hanya berlangsung setengah jam karena pada waktu yang bersamaan ada pemilihan ketua bagian.

Dugaan akan bertambahnya anak-anak terlantar pun mencuat. Muncul sebuah kabar bahwa kuliah jam 10.30 juga kosong. Berhubung satu jam lagi adalah waktu ishoma, maka beberapa anak pun memutuskan untuk meluncur ke kantin. Berlima menyusuri pinggiran Sardjito menuju kampus. Baru saja menyeberang jalan kesehatan, tiba-tiba ada seorang teman di seberang berteriak bahwa ternyata dosen sudah datang. Tanpa berpikir panjang, lima orang tersebut kembali menuju ruang kuliah di bagian syaraf. Hampir setengah jalan menuju ruang kuliah, salah satu anak pun baru terpikir untuk menanyakan kabar tersebut kepada salah satu anak yang masih dengan setia menunggu di ruang kuliah. Ternyata kabar tersebut hanya gosip semata.

Menit demi menit pun digunakan untuk menikmati betapa serunya jadwal ishoma yang lebih dominan pada "ma". Beberapa detik setelah jamaah sholat dzuhur usai, mendung dan tetesan air mata dari langit menandakan bahwa akan segera turun hujan. Adu cepat antara lambaian kaki dan turunnya air hujan pun dimulai. Namun, apa daya gravitasi membuat hujan tak lagi mampu dikejar. Setelah 10 menit beradu cepat dengan jatuhnya air hujan, sampailah di ruang kuliah dengan membawa bekas-bekas pertarungan. Beberapa detik kemudian, terdengar sayup-sayup suara yang menandakan bahwa kuliah dipindah esok hari. Apakah 50 orang tersebut begadang demi kuliah setengah jam di hari pertama? Sungguh serunya hari ini tidak sebanding dengan serunya hari ini. Hanya ada koalisi seru dalam pretes untuk mengantisipasi ketidaksiapan karena nggak belajar. Paling tidak sudah bisa mengikuti jati diri bangsa yang membangun kabinet baru yang didukung oleh koalisi yang kuat. Ngomongin koalisi, serunya belajar seo pasti akan lebih nikmat jika dibangun dengan koalisi.

No comments:

Post a Comment