Entah kenapa saya merindukan salah satu jati diri bangsa yaitu bahasa indonesia. Beberapa hari mencoba belajar bahasa inggris ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Di saat sedang merindu ini entah kenapa malah melihat mirisnya jati diri bangsa diinjak-injak oleh negeri tetangga. Entah pulau, entah batik, entah lagu, entah tarian, jangan sampai bahasa indonesia juga diakui milik negeri orang.
Begitu miris melihat negeri yang mengambil jati diri bangsa dengan semena-mena adalah negeri yang terjajah di rumah sendiri. Mereka adalah bangsa melayu yang sangat menghormati tamu hingga rela tergeser olehnya. Mungkinkah mereka sedang kehilangan jati diri hingga berniat mengembalikan jati diri bangsa dengan mengambil warisan nenek moyang kita?
Jika bercermin, sungguh malu ketika menyadari bahwa diri ini hanya sebatas mengetahui tarian nusantara, musik daerah, lagu daerah, dan kesenian negeri ini hanya dari buku pelajaran. Tak pernah kubayangkan jika diminta membawakan salah satu dari budaya luhur milik bangsa kita tersebut.
Bahkan, cerita-cerita legenda penuh pelajaran berharga pun kini telah jarang terdengar. Miris ketika melihat salah satu stasiun televisi pendidikan kita menayangkan film dari negeri tetangga. Bahkan, kini sinetron pun tak mau kalah dengan dunia petasan yang telah lebih dahulu mengimpor ahli petasan. Teringat masa kecil yang sering bermain petasan di bulan ramadhan seperti ini. Kurindu jati diri bangsa ini, kemana harus kucari? Mari kita teladani semangat Rusli Zainal Sang Visioner dalam mengembalikan jati diri bangsa ini ke tangan kita kembali.
Begitu miris melihat negeri yang mengambil jati diri bangsa dengan semena-mena adalah negeri yang terjajah di rumah sendiri. Mereka adalah bangsa melayu yang sangat menghormati tamu hingga rela tergeser olehnya. Mungkinkah mereka sedang kehilangan jati diri hingga berniat mengembalikan jati diri bangsa dengan mengambil warisan nenek moyang kita?
Jika bercermin, sungguh malu ketika menyadari bahwa diri ini hanya sebatas mengetahui tarian nusantara, musik daerah, lagu daerah, dan kesenian negeri ini hanya dari buku pelajaran. Tak pernah kubayangkan jika diminta membawakan salah satu dari budaya luhur milik bangsa kita tersebut.
Bahkan, cerita-cerita legenda penuh pelajaran berharga pun kini telah jarang terdengar. Miris ketika melihat salah satu stasiun televisi pendidikan kita menayangkan film dari negeri tetangga. Bahkan, kini sinetron pun tak mau kalah dengan dunia petasan yang telah lebih dahulu mengimpor ahli petasan. Teringat masa kecil yang sering bermain petasan di bulan ramadhan seperti ini. Kurindu jati diri bangsa ini, kemana harus kucari? Mari kita teladani semangat Rusli Zainal Sang Visioner dalam mengembalikan jati diri bangsa ini ke tangan kita kembali.